Minggu, 12 Juni 2011

Aku adalah kamu, Kamu adalah aku

Keberadaanku menghiasi dunia ini..
Dengan tarian elok kupersembahkan kepada alam..
Berlari jingkrak jingkrak dengan pesonaku..
Lengkingan suaraku semata mengiringi nada nada kedamaian..
Di hutan ini aku hidup bersama keluargaku..
Dalam cinta dan kasih kepada sang pencipta..

Aku bukan babi hutan yang merusak tanaman mereka ..
Aku bukan harimau yang mengancam mereka..
Dan aku bukan hantu yang menakuti mereka..
Tapi kenapa kami diburu..???

Berilah kami tempat agar bisa hidup damai.. seperti dirimu
Shanti Shanti Shanti


Konservasi Rusa timorensis (Cervus timorensis)

Rusa timorensis (cervus timorensis) merupakan rusa asli Indonesia yang dijumpai di daerah pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi dan Papua. Populasi mereka semakin berkurang menyusul perubahan dan perusakan lingkungan yang berlangsung cepat akibat pertambahan penduduk dan meningkatnya perburuan liar. Wajar bila kini rusa timorensis sudah tergolong fauna yang harus dilindungi.

Menurut konsultan konservasi satwa liar di hutan Wanagama, Dr. drh. Wisnu Nurcahyo, penangkaran rusa timorensis bertujuan untuk antara lain: (i) perlindungan fauna langka; dan (ii) breeding stock, untuk memperoleh hewan dalam pengembangan protein hewani?. Sistem penangkaran yang dipakai adalah sistem terbuka. Rusa dibiarkan hidup di dalam hutan. Sistem ini merupakan salah satu bentuk penangkaran rusa berbasis masyarakat sebagai upaya kegiatan konservasi satwa liar, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, penggalian nilai satwa liar dan pendidikan lingkungan,? tambah Pak Wisnu.

Kaitan penangkaran rusa dalam hutan wanagama sebenarnya merupakan usaha penelitian, namun dari penelitian ini kita juga mendapatkan aspek konservasi pendidikan lingkungan satwa langka.

Bila dilihat lebih jauh, penangkaran rusa timorensis di hutan Wanagama bisa mensejahterahkan kehidupan masyarakat sekitar mengingat kelompok tani yang berada di sekitar hutan Wanagama bisa menikmati hasilnya?. Adanya rusa ini diharapkan ke depannya dibuat semacam model taman wisata alam atau model hutan buru. Di sini orang bisa melakukan perburuan rusa jantan, terutama untuk orang-orang kaya yang mempunyai hobi berburu. Kita akan bekerja sama dengan Perbakin. Nah, penduduk sekitar yang akan diberi kesempatan memelihara hutan Wanagama dan menjaga rusa-rusanya bisa memanfatkan kesempatan ini,? ujar dosen parasitologi FKH UGM sejak tahun 1991 ini.

Selain itu, terkait dengan lokasinya di hutan pendidikan, penangkaran rusa timorensis di hutan Wanagama bisa menjadi obyek penelitian. Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu di bisa meneliti masalah lingkungan hidup yang terkait dengan rusa timorensis di hutan Wanagama. Apalagi di sini sudah ada 25 ekor. Jumlah ini semula, seperti dikatakan Pak Wisnu, hanya 6 ekor. ?Rusa ini diambil dari sistem penangkaran rusa tertutup di stasiun flora dan fauna Bunder, Gading. Rencananya akan dilepaskan lagi 20 ekor yang didatangkan dari Jawa Timur: 12 betina dan 8 jantan,? kata doktor lulusan Frei University (FU), Berlin Jerman tahun 1998 ini.

Ide penangkaran rusa timorensis di hutan Wanagama ini bukan hanya berasal dari diri Pak Wisnu, namun juga berasal kolega Pak Wisnu. ?Ide ini berasal inisiatif saya dengan dosen Dr Juantoko, pakar satwa liar dari fakultas kehutanan UGM. Kami mencoba membuat sistem penangkaran rusa secara terbuka. Untuk merealisasikannya, kami berusaha mencari dana dari departemen kehutanan. Setelah dana turun, kami mulai membangun kandang transit di dalam kompleks hutan Wanagama. Kandang transit ini, berguna untuk mengisolasi hewan yang datang agar mudah diperiksa kesehatannya. Setelah dikandangkan selama dua minggu atau satu bulan, mereka akan dilepas ke hutan,? ujar Pak Wisnu.


Posting ini telah dilihat sebanyak (kali)

1 komentar:

  1. budaya nenek moyang hidup berpindah pindah dan selama perjalanan itu mereka dulu berburu. Sampai sekarang budaya berburu masih ada. pertanyaan dari sanubari "masihkah relevan berburu di jaman sekarang?"
    Hutan dan Satwaliar adalah satukesatuan yang perlu dijaga dan dilestarikan.. mari kita sadari bersama makna lestari alamku INDONESIA GO GREEN..

    BalasHapus